Musda Jatman Banyuwangi Melanjutkan Gerakan Tarekat di Ujung Timur Pulau Jawa
Keberadaan Jatman Cabang Banyuwangi sendiri baru terkonfirmasi pada dekade 90-an. Tepatnya pada 20 Agustus 1990. Hal ini dibuktikan dengan adanya Surat Keputusan dari PP Jatman bernomor 001/ IS/ TMN/ VIII/ 1990. Salah satu program unggulan dari Jatman sendiri adalah menggalakkan Majelis Khushushiyah. Yaitu, semacam pelaksanaan dzikir secara bersama. Juga, banyak mengkader para imam dan badal dari praktik Khushushiyah tersebut.
Pada periode selanjutnya di seluruh struktur kabupaten Jatman tidak lagi menggunakan istilah cabang melainkan Syu'biyyah. Jatman Syu'biyyah Kabupaten Banyuwangi pada masa khidmah 2024-2029 dikomandoi oleh K. H. Saifuddin Zuhri, S.Ag. selaku Rois dan Dr. K. H. M. Bisri Ihwan selaku Mudir. Musda digelar di PP. Mambaul Falah Kedunglewung Singojuruh Banyuwangi pada 4 Agustus 2024 dihadiri K. H. Imam Buchori Burhan. Keberadaan Jatman di ujung timur Pulau Jawa memiliki kiprah yang cukup pesat bagi religiusitas dan spiritualitas masyarakatnya. Berbagai kegiatan Jatman tak hanya berlaku dikalangan terbatas saja. Namun, memiliki daya tarik yang cukup luas. Banyak orang yang terlibat di dalamnya menyemarakkan gerakan-gerakan tarekat secara filosofi maupun politik nonpraktis.
Dalam buku 'Bangkit dan Runtuhnya Daulah Zankiyah', Syaikh Prof. Dr. 'Aliyy Ash-Shallabiyy menulis, "Syaikh Abdul Qadir Al Jailaniyy bekerja sama dengan Daulah Zankiyah untuk melakukan perlawanan terhadap pasukan Salib di negeri Syam… Suatu hal yang banyak masyarakat muslim abaikan adalah peran besar Madrasah Syaikh Abdul Qadir Al Jailaniyy dalam membantu Daulah Zankiyah dan mempersiapkan kader-kader terbaik umat Muslim untuk membebaskan Syam khususnya Masjidil Aqsa dari pasukan Salib dan Dinasti Fathimiyah di Mesir."
Syaikh Jamaluddin Falih Al-Kailaniyy menyatakan, Pada tahun 541 H./1146 M, Muhammad Al-Muqtafi li Amrillah berkuasa menjadi Khalifah dan bertindak sangat kejam pada rakyat, dan menjadi penerima suap terbesar. Kemudian Syaikh Abdul Qadir Jailani berkhotbah di sebuah masjid ketika sang Kholifah juga ikut bejamaah di sana. Di atas mimbar, Syaikh berkata, “seandainya engkau adalah orang yang paling zalim terhadap umat muslim, apa jawabanmu nanti di hadapan Tuhan semesta alam?” Mendengar Syaikh Abdul Qadir mengatakan begitu, Khalifah Al-Qadhi Muhammad Al-Muqtafi li Amrillah langsung berdiri dan pergi meninggalkan masjid dan Syaikh Abdul Qadir beserta pengikutnya. [Ru'ya Tarikhiyyah Mu'ashirah, Dar Al-Fikr, 2014: 213]
Redaktur: H. Brilly Y. Will., S.Pd., M.Pd., C.Ed. (anggota LTN JATMAN Jatim)
Post a Comment