Header Ads

Gelaran Pertama Perkemahan Sufi Muda Lajnah Gemmatan JATMAN Jatim





 

“Syubbanul-yaum rijaul-ghad,” adagium yang berakar kuat di kalangan shufiyyah. Kaderisasi sufi masa depan dimulai dari Youth Camp Sufism. JATMAN Jatim pertama kali dalam sejarah menggelar Perkemahan Sufi Muda sebagai langkah awal penjaringan potensi-potensi ruhani generasi media sosial. Lapangan Ponpes. Terpadu Daru Ulil Albab, Kelutan, Ngronggot, Nganjuk pada 5-7 Desember 2025 menjadi kawah candradimuka pembibitan kawula muda penggemar ilmu-ilmu ke-tasawuf-an. 


Sejumlah 71 peserta dari Lajnah Gemmatan Jatman Jatim mendapatkan penggemblengan dari para mursyid thariqah mu’tabarah An-Nahdliyyah se-Jatim di dalam tenda-tenda putih BNPB. Dalam sesi pembukaan, Dr. K. H. Budi Harianto, M.Fil.I. selaku koordinator Lanah Gemmatan Jatman Jatim menyatakan bahwa Gemmatan merupakan ujung tombak regenerasi Jatman sehingga butuh persiapan sejak dini SDM dalam bidang sufisme maupun bidang lainnya. “Pemuda hari ini adalah pemimpin masa depan,” pepatah gigantik yang tidak bisa dilupakan demi sustainabilitas para pengamal thariqah.


Selang sejenak, Prof. Dr. Ir. K. H. Badat Muwakhid, M.Pd. selaku Wakil Katib Ifadliyyah Jatman Jatim menyampaikan bahwa kader Gemmatan harus tafaqquh fid-din dalam bidang-bidang ilmu sufistik maupun bidang-bidang lainnya seperti ekonomi dan pendidikan yang menjadi bekal menghadapi konstelasi global. Prof. Badat mengharap kader-kader para auliya ini mestik bersinergi dengan banom-banom NU muda lainnya seperti PMII, IPNU-IPPNU, GP Ansor, Fatayat, ISNU, dan lain-lain.


Harapan ini nampaknya berangkat dari hadits Nabi,

يَعْجَبُ رَبُّكَ مِنْ شَابٍّ لَيْسَتْ لَهُ صَبْوَةٌ

Rabbmu kagum dengan pemuda yang tidak memiliki shabwah [kecondongan berbuat menyimpang].” [Musnad Ahmad]


Gongnya, Syaikh Mursyid K. H. Fathul Huda selaku Rais Ifadliyyah Jatman Jatim memberikan khuthbah iftitah, “Yang muda juga harus berthariqah. Berthariqah tidak harus menunggu tua, karena mati tidak harus tua. Jatman adalah ruhnya NU. Ber-Jatman juga harus punya SDM yang kuat dan unggul. Maka penting sekali kita menyiapkan Gemmatan sebagai penerus Jatman untuk memperkuat potensi diri termasuk dengan mengikuti Perkemahan Sufi Muda ini. Di dalamnya nanti ada Diklat Dasar Tasawuf.


Dawuh Syaikh Fathul Huda ini mengingatkan kita pada penuturan shahabat Nabi pakar qira`at bernama sayyidina ‘Abdullah bin Mas’ud,

عَنِ ابْنِ مَسْعُوْدٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : كُنَّا نَغْزُوْ مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَنَحْنُ شَبَابٌ

Dari Ibnu Mas’ûd Radhiyallahu anhu berkata, “Kami ikut berperang bersama Rasûlullâh padahal saat itu kami masih muda. [Musnad. Ahmad]


Selanjutnya, Syaikh Mursyid Dr. K. H. Karisuddin Aqib, M.Ag. selaku Anggota Rais Ifadliyyah Jatman Jatim menutup sesi pembukaan dengan doa penuh khidmat, dan jarum jam menunjuk waktu shalat ‘Ashar sudah dekat. Sebakda seremonial, berangsur para peserta lainnya dari berbagai syu’biyyah se-Jatim menginjakkan kaki di bumi perkemahan Daru Ulil Albab. Wajah surprised terlihat jelas dari para muhibbin masyayikh shufiyyah tersebut. Vibes mistisisme Islam sangat kental terasa di atmosfer Youth Camp Sufism ini.


Terjadwal, esok hari, di samping para peserta akan mendapatkan berbagai perkinclongan (Slang: pencerahan) dari para masyayikh. Dr. K. H. Moh. Qusyairi menghaturkan tema Praktik Tasawuf dalam Tinjauan Pendidikan Karakter. Dr. K. H. M. Mujab Masyhudi, M.Th., Ph.D. menyampaikan tema Pembuktian Saintifik Manfaat Dzikrullah. Pasca shoima (sholat-istirahat-makan), peserta mendapatkan materi ketiga dari Prof. Dr. K. H. Halil Thahir, M.H.I. dengan tema Peran Penting Tarekat dalam Perspektif Sejarah Kemerdekaan Indonesia.


Imam Asy-Syafi’iyy mengungkapkan salah satu pujian kepada sebagian sufi,

صحبت الصوفية فلم أستفد منهم سوى حرفين وفى رواية: سوى ثلاث كلمات، قولهم الوقت كالسيف إن لم تقطعه قطعك، وقولهم: نفسك إن لم تشتغلها بالحق شغلتك بالباطل وقولهم: العدم عصمة

“Aku telah bersahabat dengan para sufi, dan aku tidak mengambil manfaat (yang luar biasa-pnrj.) selain dua huruf”. Dalam satu riwayat, “selain tiga kalimat”. Perkataan mereka, “waktu itu laksana pedang, jika kamu tidak memotongnya, maka ia yang akan memotongmu”. Selanjutnya mereka juga berkata, “jika dirimu tidak sibuk dalam kebenaran, maka ia sibuk dalam kebatilan. Lalu ucapan mereka, “ketiadaan (ketidakberdayaan, ketidakpunyaan, nihil) itu keterpeliharaan (dari maksiat dan condong padanya).”






Reporter: Dr. K. H. Budi Harianto, M.Fil.I.

Editor: H. Brilly Y. Will., M.Pd.


Tidak ada komentar

Diberdayakan oleh Blogger.