Mainstream Salafiyy-Wahhabiyy Vonis Shufiyy Adalah Agama Tersendiri
Shufiyy adalah muslim. Muhaddits adalah muslim. Faqih adalah muslim. Muslim itu banyak spesialisasinya. Muslim yang spesialis hadits disebut muhaddits. Muslim yang spesialis fiqih disebut faqih. Muslim yang spesialis ibadah disebut shufiyy. Apakah Faqih bukan ahli ibadah? Ahli ibadah. Apakah muhaddits bukan ahli fiqih? Belum tentu. Apakah shufiyy pasti faqih dan muhaddits? Bisa jadi.
Masing-masing muslim punya prioritas amal. Shufiyy yang muhaddits dan faqih sangat banyak. Faqih yang shufiyy dan muhaddits tidak sedikit. Muhaddits yang faqih dan shufiyy melimpah jumlahnya. Dalam Islam banyak istilah spesialisasi ‘profesi’: mufassir, muhaddits, faqih, shufiyy, mu`arrikh, adib, thabib, qadhi, mutakallim, hafizh, ulil-amr, nassabah (ahli nasab), dan lain-lain.
Tuduhan bahwa semua shufiyy pasti kafir adalah kejahatan. Tuduhan bahwa semua shufiyy tidak ada yang muhaddits maupun faqih adalah kriminal. Tuduhan bahwa shufiyy adalah nonmuslim berjubah adalah fitnah. Tuduhan bahwa seluruh shufiyy tidak bertauhid adalah kekejaman. Tuduhan bahwa setiap shufiyy jeblok partisipasinya dalam sosial adalah framing keji.
Sejarah umat terlanjur merekam kiprah para pembesar tashwwuf zaman salaf dan khalaf. Salafiyy-Wahhabiyy yang sesat ada. Shufiyy yang sesat juga ada. NU sesat ada. Muhammadiyah sesat ada. Setiap komunitas muslim pasti ada yang benar dan ada yang sesat. Jangan menilai seluruhnya hanya dengan sebagiannya. Shufiyy zaman salaf banyak yang sesuai Sunnah. Shufiyy zaman khalaf juga. Jangan hanya karena ada mutamashwif/mutashawwif yang kejang-kejang dan teriak-teriak lantas seantero shufiyy gila bin sinting bin edan.
Syaikh Muhammad bin ‘Abdul-Wahhab At-Tamimiyy An-Najdiyy berguru kepada beberapa ulama shufiyy yakni Syaikh Sulaiman Al-Kurdiyy Asy-Syafi’iyy dan Syaikh Muhammad Hayat As-Sindiyy Al-Hanafiyy An-Naqsyabandiyy. Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniyy berguru kepada beberapa ulama shufiyy yakni Syaikh Muhammad Sa’id Al-Burhaniyy Asy-Syadziliyy, Syaikh Badruddin Al-Hasaniyy Ad-Dimasyqiyy Asy-Syafi'iyy Asy-Syadziliyy, dan Syaikh Abu Al-Khair Al-Maidaniyy An-Naqsyabandiyy dan lain-lain.
Syaikh Ibnu Taimiyah memaparkan makna shiddiqun dalam firman Allah berikut,
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا
“Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu, Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang shalih. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.”,
هو ـ أي الصوفي ـ في الحقيقة نوع من الصديقين فهو الصديق الذي اختص بالزهد والعبادة على الوجه الذي اجتهدوا فيه فكان الصديق من أهل هذه الطريق كما يقال , صديقو العلماء وصديقو الأمراء فهو أخص من الصديق المطلق ودون الصديق الكامل الصديقية من الصحابة والتابعين وتابعيهم فإذا قيل عن أولئك الزهاد والعباد من البصريين أنهم صديقون فهو كما يقال عن أئمة الفقهاء من أهل الكوفة أنهم صديقون أيضاً كل بحسب الطريق الذي سلكه من طاعة الله ورسوله بحسب اجتهاده وقد يكونون من أجلّ الصديقين بحسب زمانهم فهم من أكمل صديقي زمانهم والصديق من العصر الأول أكمل منه
“Kelompok ini (Shufi-pent) sebenarnya adalah salah satu bagian dari golongan ‘Shiddiqun’. Ia adalah ‘shiddiq’ yang memberikan perhatian khusus terhadap kezuhudan dan ibadah secara sungguh-sungguh. Maka seorang ‘shiddiq’ juga ada yang menjadi penempuh jalan ini, sebagaimana juga ada ‘shiddiq’ dari kalangan ulama dan umara’. Jenis (manusia) ‘shiddiq’ ini lebih khusus dari (manusia) ‘shiddiq’ secara mutlak, namun tetap berada di bawah para (manusia) ‘shiddiq’ yang sempurna ke’shiddiq’annya, dari kalangan para sahabat, tabi’in, dan tabi’ tabi’in. Maka jika para ahli zuhud dan ibadah dari Bashrah itu disebut sebagai para ‘shiddiqun’, maka para imam dan fuqaha’ dari Kufah pun disebut sebagai para ‘shiddiqun’. Setiap mereka (menjadi ‘shiddiqun’) sesuai dengan jalan ketaatan pada Allah dan Rasul-Nya yang mereka tempuh dengan kemampuan mereka. Sehingga (dapat disimpulkan) bahwa mereka –para Shûfî- adalah manusia ‘shiddiq’ paling sempurna di zamannya, meski para ‘shiddiqun’ generasi awal lebih sempurna dari mereka. [Al-Majmu’ Al-Fatawi 11/16]
Adanya statemen Ibnu Taimiyah yang mengkritik perilaku sufi, sebenarnya sama dengan para ulama lainnya seperti Imam Asy-Syafi’iyy, Imam Ahmad bin Hanbal, dan lainnya, yang fokus pada inkonsistensi sebagian sufi terhadap tashawwuf. Jadi bukan tashawwuf yang dikritik. Andaipun ada ajaran tashawwuf yang dikritik oleh siapa saja (ulama), masih wajar-wajar saja. Ilmu tafsir yang diajarkan Ibnu ‘Abbas pun kadangkala dikritik oleh ‘Aliyy bin Abi Thalib. Fiqih Sayyidah ‘Aisyah pun kadangkala dikoreksi para shahabat seperti terkait diskursus mi’raj Nabi apakah Nabi melihat Dzat Allah atau tidak.
Syaikh Ibnu Taimiyah, telah menyandingkan nama-nama shufiyy generasi awal, dengan para imam ahli fiqih dan hadits dengan sebutan: para imam pembawa petunjuk,
أَنَّهُمْ مَشَايِخُ الْإِسْلَامِ وَأَئِمَّةُ الْهُدَى الَّذِينَ جَعَلَ اللَّهُ تَعَالَى لَهُمْ لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْأُمَّةِ مِثْلُ سَعِيدِ بْنِ الْمُسَيِّبِ وَالْحَسَنِ الْبَصْرِيِّ وَعُمَرَ بْنِ عَبْدِ الْعَزِيزِ وَمَالِكِ بْنِ أَنَسٍ والأوزاعي وَإِبْرَاهِيمَ بْنِ أَدْهَمَ وَسُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ والفضيل بْنِ عِيَاضٍ وَمَعْرُوفٍ الكرخي وَالشَّافِعِيِّ وَأَبِي سُلَيْمَانَ وَأَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ وَبِشْرٍ الْحَافِي وَعَبْدِ اللَّهِ بْنِ الْمُبَارَكِ وَشَقِيقٍ البلخي وَمَنْ لَا يُحْصَى كَثْرَةٌ . إلَى مِثْلِ الْمُتَأَخِّرِينَ : مِثْلُ الجنيد بْنِ مُحَمَّدٍ القواريري وَسَهْلِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ التستري وَعُمَرَ بْنِ عُثْمَانَ الْمَكِّيِّ وَمَنْ بَعْدَهُمْ – إلَى أَبِي طَالِبٍ الْمَكِّيِّ إلَى مِثْلِ الشَّيْخِ عَبْدِ الْقَادِرِ الكيلاني وَالشَّيْخِ عَدِيٍّ وَالشَّيْخِ أَبِي الْبَيَانِ وَالشَّيْخِ أَبِي مَدِينٍ وَالشَّيْخِ عَقِيلٍ وَالشَّيْخِ أَبِي الْوَفَاءِ وَالشَّيْخِ رَسْلَانَ وَالشَّيْخِ عَبْدِ الرَّحِيمِ وَالشَّيْخِ عَبْدِ اللَّهِ اليونيني وَالشَّيْخِ الْقُرَشِيِّ وَأَمْثَالِ هَؤُلَاءِ الْمَشَايِخِ الَّذِينَ كَانُوا بِالْحِجَازِ وَالشَّامِ وَالْعِرَاقِ وَمِصْرَ وَا لْمَغْرِبِ وَخُرَاسَانَ مِنْ الْأَوَّلِينَ والآخرين .
“Sesungguhnya mereka adalah para Syaikhul Islam, para Imam pembawa petunjuk, yang Allah Ta’ala telah menjadikan untuk mereka lisan yang benar bagi umat. Seperti Said bin Al-Musayyib, Al-Hasan Al-Bashriyy, ‘Umar bin ‘Abdil ‘Aziz, Al-Auza’iyy, Malik bin Anas, Ibrahim bin Ad-ham, Sufyan Ats-Tsauriyy, Fudhail bin ‘Iyadh, Ma’ruf Al-Karkhiyy, Asy-Syafi’iyy, Abu Sulaiman Ad-Daraniyy, Ahmad bin Hambal, Bisyr Al-Hafiyy, Abdullah bin Al-Mubarak, Syaqiq Al-Balkhiyy, dan banyak lagi yang tidak terhitung. Juga yang generasi selanjutnya: Al-Junaid bin Muhammad, Sahl bin ‘Abdillah At-Tustariyy, ‘Umar bin ‘Utsman Al-Makkiyy, dan orang-orang setelah mereka, hingga Abu Thalib al-Makki, hingga semisal Abdul Qadir Al-Jailaniyy. Syaikh ‘Adiyy, Syaikh Abul-Bayan, Syaikh Abu Madin, Syaikh ‘Aqil, Syaikh Abu Al-Wafa`, Syaikh Ruslan, Syaikh Abdurrahim, Syaikh ‘Abdullah Al-Yunainiyy, Syaikh Al-Qurasyiyy, dan masyayikh lain yang semisalnya baik di Hijaz, Syam, Irak, Mesir, Khurasan, baik generasi awal atau belakangan.” [Majmu’ Fatawa, 2/474. Tahqiq: Abdurrahman bin Muhammad Qasim. 1995M-1416H]

Post a Comment