Shalat Adalah Mi'rajnya Setiap Orang Beriman
Mi’raj merupakan sebuah kata yang bisa saja dipakai sebagai konotasi (perumpamaan/majaziyy). Mi’raj yang pada dasarnya bermakna naiknya Rasulullah ke langit bisa digunakan sebagai istilah permisalan. Mi’raj sah-sah saja digunakan oleh siapa saja yang sedang shalat. Shalat ialah mi’rajnya setiap orang beriman, tapi tidak benar-benar menuju Allah Al-Kabir dengan fisiknya sendiri seperti Nabi.
Taqarrub mewakili majaz seakan-akan kita dekat secara fisik dengan Allah Al-’Aliyy. Wushul mewakili majaz seakan-akan kita bersentuhan, bertemu, terhubung, sampai kepada Dzat Allah Al-Quddus. Munajat mewakili majaz seakan-akan kita berbincang dua arah dengan Allah Al-Khabir yang memakai suara dan bahasa. Mi’raj bisa digunakan sebagai majaz naiknya ruh orang yang shalat kepada Allah Al-Jalil meski tidak sebenar-benarnya ruh terlepas dari jasad.
الصَّلاَØ©ُ Ù…ِعْرَاجُ الْÙ…ُؤْÙ…ِÙ†ِÙŠْÙ†َ
“Shalat itu adalah mi’raj orang-orang yang beriman.” Sekalipun lafazh ini nihil dalam kitab-kitab hadits, atau dalam kitab manapun dengan disebutkan runtutan rawinya. Adanya di Tafsir Ar-Raziyy (1/226), Ruh Al-Ma’ani (9/271), Tafsir An-Naisaburiyy (3/192) dan Ruh Al-Bayan (2/213) dan lainnya. Semuanya tanpa sanad.
Ungkapan tersebut dipastikan oleh Dar Al-Ifta` Republik Zambia bukanlah hadits palsu atau hoax (maudhu’) yang diada-adakan (fabricated). [https://daruliftaazambia.com/fatwa/?id=5] Adagium tersebut kendati tidak cukup syarat untuk dipastikan sebagai hadits Nabi, namun maknanya memotivasi kita untuk lebih semangat dalam shalat, karena seolah tangga (mi’raj) seorang kepada Tuhannya hanyalah melalui shalat.
Redaktur: H. Brilly Y. Will., M.Pd.
Post a Comment