Taushiyyah K. H. Fathul Huda dalam Halal Bi Halal Jatman Jatim 2025 Tentang Masa Depan Jatman
Dengan mengenakan pakaian serba putih, Kyai Huda membuka taushiyyah dengan kutipan firman Allah,
ضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ ٱلذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوٓا۟ إِلَّا بِحَبْلٍ مِّنَ ٱللَّهِ وَحَبْلٍ مِّنَ ٱلنَّاسِ
“Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia,” [QS. Ali ‘Imran: 112] Selanjutnya Kyai Huda menyitir hadits Nabi,
يومٌ من إمامٍ عادِلٍ أفضلُ من عبادةِ سِتِّينَ سنةً
“Sehari bagi pemimpin yang adil, lebih baik dari beribadah 60 tahun.” [Al-Mu’jam Al-Kabir li Ath-Thabraniyy; As-Sunan Al-Kubra li An-Nasa`iyy]
“Terima kasih kepada Bapak Bupati karena sudah memfasilitasi makan (Arab: tempat) dan makanan. Ini menunjukkan beliau termasuk imam yang adil karena memperhatikan segala hal kebutuhan warganya,” puji Kyai Huda. Halal Bi Halal JATMAN Jatim ini dihadiri sekira 85% delegasi dari semua Idarah Syu’biyyah di wilayah Provinsi Jawa Timur. Acara ini dihelat di Pendopo Wedya Graha Kabupaten Ngawi pada 16 April 2025 M/17 Syawal 1446 H.
Pengasuh Ma’had Bahrul Huda Tuban ini mengisahkan, “Halal Bi Halal kali ini yang ketiga dalam periode khidmah ini. Pertama di PP. Al-Azhar Mojokerto mewakili wilayah selatan, kedua di UNISLA Lamongan mewakili wilayah utara, ketiga di sini mewakili wilayah barat. Halal Bi Halal itu masyru’, Allah berfirman, “Khudzil-’afwa wa`mur bil-’urfi wa a’ridh ‘anil-jahiliin.” Kenapa di negara lain tidak ada Halal Bi Halal? Karena ini budaya yang mengandung agama sebagai wujud etika. Berkat Halal Bi Halal, terbangun harmonisme ukhuwwah insaniyyah, wathaniyyah, Islamiyyah.”
Lebih lanjut, “Banyak hadits yang mengedepankan hubungan sesama manusia. Seperti hadits-hadits kepemimpinan, seperti hadits sab’atun yuzhilluhumuLlah dan hadits,
ثَلاَثَةٌ لاَ تُرَدُّ دَعْوَتُهُمْ: الإِمَامُ العَادِلُ وَالصَّائِمُ حَتَّى يَفْطُرَ وَدَعْوَةُ المَظْلُوْمِ.
“Tiga doa yang tidak tertolak: Doa pemimpin yang adil, orang yang puasa hingga berbuka, dan doa orang yang dizhalimi.” [Sunan Ibnu Majah] Syaikh Prof. Dr. Ramadhan Al-Buthiyy menyampaikan, “Salah satu jalan pintas MakrifatuLlah baik minal-’abd ilAllah (hamba mengenal Allah) hingga minAllah ilal-’abd (Allah mengenal hamba) adalah menjadi imam yang adil.” Kepemimpinan itu pasti ada yang dipimpin, keadilan itu persoalan hubungan dengan sesama manusia.”
Kyai Huda meroasting Kyai Ali, “Di Jatman ini kita punya pimpinan yang bisa kita ikuti. Prof. Dr. K. H. Ali Masykur Musa ini pemimpin yang selalu sejuk dan manis meskipun dalam suasana panas dan pahit. Beliau pemimpin tasamuh. Saya ikut grup WA beliau yaitu Merawat MahabbatuLlah. Saya amati beliau itu, ketika ada perbedaan, satu pro ba’alawi satu kontra ba’alawi, semua pintar menulis, beliau tidak terpancing sama sekali, beliau sampaikan monggo baca Al-Qur`an, ngaji, dzikir. Ini karakter sufi. Sufi itu kulluha adab, yang diatur hati (qalbu), ‘ilmun yuhaqqiqul-qalb.”
Rais Idarah Wustha Jatman Jatim ini meminta semua pengurus harus meniru beliau, berusaha tidak menyakitkan siapapun, “Jangan gunakan nafsu! Tetap dingin ketika panas dan tetap manis ketika pahit. Beliau juga fokus berkontribusi. Ibadah tanpa ada efek sosial adalah pengkhianatan. Rukun Islam yang lima mengajarkan kita untuk peduli sosial.”
Mantan Bupati Tuban dua periode tersebut menyebutkan bukti konkrit, “Ketika bersosial, Yai Ali tidak mau membawa-bawa diri beliau. Lebaran kemarin ada mudik gratis dan santunan yatim, yang ditonjolkan beliau adalah Jatman, bukan pribadi beliau. Standar sehat ruhani adalah suka memberi. Orang yang suka menerima (dan tidak suka memberi) pasti tidak sehat. Akhirnya publik tahu apa itu Jatman. Selama ini Jatman tertimbun nama pribadi.”
“Saya atas nama Wustho Jatim berusaha untuk meneladani sifat Allah Qiyamuhu binafsiH. Kalau tidak bisa meneladani ‘qiyamuhu binafsih’ berarti tidak sehat atau sudah expired,” ujar Kyai Huda sembari menyunggingkan senyum menemani para hadirin yang rata-rata kaum tua. Maksud beliau, orang-orang yang sudah sepuh tidak bisa lagi qiyamuhu binafsih dalam hal ranjang.
“Jatman agar bisa qiyamuhu binafsih, kita tidak boleh mengandalkan figur maupun pesan sponsor. Figur bisa lenyap. Sponsor bisa mengubah arah organisasi ini. Kami sudah bekerja sama dengan Semen Indonesia untuk membangun ekonomi Jatman. Saya sudah bentuk tim khusus untuk mengawal kemandirian Jatman melalui ekonomi, yaitu Prof. Badat, Gus Nuril dan Ustadz Kartono.”
Kyai Huda yang juga pebisnis ulung mengemukakan keberhasilan Prof. Badat. Atas nama Jatman Jatim, Prof. Badat memenangkan beberapa tender di Semen Indonesia sehingga Jatman Jatim punya kas. Padahal untuk memenangkan tender betul-betul fight bersaing dengan anak perusahaan Semen Indonesia sendiri dan perusahaan lainnya. “Apa rahasianya? Shalawat. Seperti yang saya sampaikan berkali-kali, kita punya ‘bos besar’ yaitu Allah. Sehingga ke depan Jatman menjadi diperhitungkan, bukan mengemis saja kerjaannya,” ungkap Kyai Huda.
Kyai Huda juga mencita-citakan Jatman punya perguruan tinggi dengan nama Jatman agar orang-orang desa pengamal thariqah bisa menikmati itu. Di samping itu, Kyai Huda punya visi Jatman memiliki rumah sakit agar kita tidak sekadar mengadopsi ilmu medis Barat. “Apalagi kita ini ahli thariqah! Orang Syadziliyyah, seperti saya, kalau dimintai tolong tidak boleh menolak,” pungkas Kyai Huda sembari mendoakan Bapak Bupati Ngawi menjadi termasuk golongan orang-orang yang cepat wushul kepada Allah karena adil dalam memimpin.
Reporter: H. Brilly Y. Will., S.Pd., M.Pd., C.Ed.
Post a Comment