Amanat Mudir Idarah 'Aliyyah, Prof. Dr. K. H. Ali Masykur Musa dalam Halal Bi Halal JATMAN Jatim
Jatman Jatim punya gawe. Sebakda menuntaskan Ramadhan dengan spektrum ilmu tashawwuf yang sedemikian luas, seluruh pengurus Idarah Syu'biyyah yang ada di wilayah Provinsi Jawa Timur mengirimkan delegasinya untuk memenuhi undangan Idarah Wustha. Hajatan tahunan ini menjadi ajang silatudz-dzauq (sambung rasa) para pengamal thariqah. Spesialnya, Halal Bi Halal Jatman Jatim dirawuhi orang nomor satu di Jatman.
“Umat Islam dan warga NU yang tidak berthariqah, apabila masuk surga, mereka hanya masuk ke Surga secara konvensional. Akan tetapi, jika ia berthariqah maka ia bisa mendapat kesempatan bertemu dengan Allah (al-liqa' ilallah fil jannah). Prinsip berthariqah adalah at-takhalli, at-tahalli dan kemudian at-tajalli,” tutur Cak Ali, sapaan akrab beliau mengawali amanat selaku Mudir ‘Ali.
Pengasuh PP. Pesulukan Al-Masykuriyah Condet ini membuat garis tegas apakah pengurus NU yang mengabdi di NU otomatis dikatakan sudah berthariqah, tentunya tidak bisa, sebab berthariqah itu ada syarat dan ketentuan yang berlaku, perlu bai'at (kepada mursyid atau muqaddam). Sedikit ‘plot twist’, Kyai Ali Masykur membahas hukum berpolitik bagi pengamal thariqah, sembari mengenang cikal bakal didirikan Jatman tahun 1957, dan dijadikan banom NU pada tahun 1979 saat Muktamar di Semarang. “Apakah berthariqah itu boleh berpolitik? Tentunya sangat boleh, sebab dalam sejarah ada khalifah ke-16 dari thariqah naqsyabandiyah yang menjadi gubernur di Uzbekistan,” ungkap Mursyid Naqsyabandiyyah Khalidiyyah ini.
Sebagai kader NU kawakan, Kyai Ali Masykur juga menerangkan bahwa Jatman ke depan akan tetap menggarap kegiatan yang bermanfaat untuk kemaslahatan umat, karena ia merupakan amanah dari : tasharruful-imam 'alar-ra'iyyah, manuuthun bil-mashlahah, dan melalui skema kemandirian ekonomi yang 3: a. by design. b. by given dan c. by policy.
“Jatman tetap exis mengawal 4 amanah besar yaitu : 1. Amanah diniyyah; 2. Amanah thariqiyyah; 3. Amanah wathaniyah (kebangsaan); 4. Amanah Ummah. Jatman tetap menghormati siapapun tanpa pandang bulu, yang penting berdasarkan ke'aliman dan ke'allamahan seseorang bukan karena yang lainnya, sebab dawuh nabi adalah al-ulama` waratsatul-anbiya`,” ungkapnya penuh optimisme.
Di akhir sambutan, beliau memohon arahan agar istiqamah menakhodai Jatman yang mengurus soal qulub (urusan dzikir) setelah sebelumnya beliau menahkodai ISNU (Ikatan Sarjana NU) yang mengurus pemikiran, lengkaplah beliau menjadi sosok yang Ulil Albab, yaitu yadzkurunAllah dan yatafakkarun.
Dirangkum Ibnu Syahir (Wakil Mudir Idarah Ghusniyyah Jatman Kota Kraksaan) dan dikembangkan H. Brilly Y. Will., S.Pd., M.Pd., C.Ed.
Post a Comment