Hujan menyambut kedatangan tim asistensi Majelis Ifta` JATMAN Jatim. Hujan kali ini mengingatkan kami sejuknya udara saat merapal wirid-wirid thariqah. Kyai Sholeh Ngalah menyambut dengan senyuman, seakan kami keluarganya yang lama tidak pulang. Wangi kopi hitam kental mempersilakan kami duduk.
Nuansa teduh di Pesantren Ngalah menjadi meriah dengan kehadiran tim asistensi JATMAN Jatim. Bukan karena diiringi hadrah. Santri-santri ngalah tetap beraktifitas, berdzikir, tidur, ngelalar hafalan dan lainnya. Rapat tim asistensi JATMAN Jatim diawali dengan ramah-tamah para kyai peserta rapat di teras Ndalem Kyai Sholeh Ngalah.
Sembari mencicip camilan seadanya, Kyai Sholeh Ngalah menggelar alas tebal, “Nasab dan nasib membuat kita semua memperjuangkan thariqah sekalipun sudah sama-sama tahu berat bahkan seringkali ‘rugi’ tidak dapat ‘nishab’. Sekalipun dimusuhi, kita tetap berjuang.” Kyai Sholeh Ngalah pun menyodorkan singkong keju hangat dilanjutkan dengan makan siang bersahaja.
Kyai Husnan Ali dan Kyai Ngadiyin tidak hadir karena sedang melangsungkan wazhifah di pesantrennya. Para peserta rapat lantas menapaki tangga salah satu gedung Pesantren Ngalah menuju ruang rapat. Kyai Yusuf Gumantuk menyibak suasana rapat dengan salam dari Kyai Ngadiyin.
“Majelis Ifta` posisi tertinggi di JATMAN Jatim menginginkan 50 kyai dari syu’biyah-syu’biyah akan berkumpul di sini pada 30 Desember 2020. Bila ada produk-produk literasi dari Kyai Sholeh, kami ingin diterbitkan atas nama JATMAN Jatim,” Kyai Yusuf Gumantuk mengungkapkan maksud dan tujuan rapat yang bertepatan 16 Desember 2020. Kyai Sholeh sesekali mengangguk dan tersenyum sembari menikmati dukhan beberapa batang.
Gus Ali Fikri, Kyai Abdulloh Kharisudin Aqib dan Kyai Munhanif bergantian menghaturkan permohonan kepada Kyai Sholeh agar memberikan bimbingan dan pembinaan kepada Majelis Ifta` JATMAN Jatim. “Thariqah ini harus kita perjuangkan, sebagaimana para ulama Thariqah dulu hingga Habib Luthfi yang sangat konsisten membela thariqah. Di JATMAN ini, syari’at oke, thariqah oke. Benteng NU: Thariqah, Pesantren, Madrasah,” Kyai Sholeh memberikan jawaban sekaligus mau’izhah.
Kewajiban Thariqah tidak hanya wirid. Wirid sudah biasa. Thariqah juga berkewajiban al-ihsan fi’lul-khairat ila jami’il-makhluqat. Thariqah mau tidak mau berhubungan dengan masyarakat luas termasuk dengan Pemerintah. Termasuk kenapa Habib Luthfi menjadi Watimpres RI adalah agar Negara ini tidak lepas dari thariqah, terpaksa sebenarnya. Kyai Sholeh menyitir firman Allah, “Innama Anta Nadzir.” Habib Lutfhi menerapkan pesan Syaikh Ahmad bin ‘Athaillah, “Idfin wujudaka fi ardhil-khumuli...” Inilah akhlaq. Para ulama Thariqah itu sejak lahir tugasnya memang li utammima makarimal-akhlaq.
"Kuburlah wujudmu (eksistensimu) di dalam bumi kerendahan (ketiadaan); maka segala yang tumbuh namun tidak ditanam (dengan baik) tidak akan sempurna buahnya."
Kyai Sholeh mengingatkan thariqah ini, “an yakuna faqihan, zahidan, ‘abidan, ‘arifan li mashlahatil-ummah.” Setiap kali ada bughat adalah allati tarbahu mim ba’di dzalik. Maka JATMAN ikut berusaha agar bughat tidak ada sebab dari dulu bughat selalu menyisakan kerusakan. Bila tidak ingin ada syari’at melawan bughat, silakan hapus saja pembahasan itu di kitab Kifayatul Akhyar dan Fathul Mu’in. Semua santri kalau sudah khatam Alfiyah, kalau tidak ikut Kifayatul-Akhyar pasti ikut Fathul Mu’in.
Kyai Sholeh juga mengingatkan, “Yassiru wa la tu’assiru.” Tsumma tayassara wa la ta`khudz ma ta’assara. Teks lengkapnya,
Telah menceritakan kepadaku Ishaq telah menceritakan kepada kami An Nadlr telah mengabarkan kepada kami Syu'bah dari Sa'id bin Abu Burdah dari Ayahnya dari Kakeknya dia berkata; "Ketika beliau mengutusnya bersama Mu'adz bin Jabal, beliau bersabda kepada keduanya: "Mudahkanlah setiap urusan dan janganlah kamu mempersulit, berilah kabar gembira dan jangan kamu membuatnya lari, dan bersatu padulah! Lantas Abu Musa berkata; "Wahai Rasulullah, di daerah kami sering dibuat minuman dari rendaman madu yang biasa di sebut dengan Al Bit'u dan minuman dari rendaman gandum yang biasa di seut Al Mizru. Maka Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menjawab: "Setiap yang memabukkan adalah haram." [Shahih Al-Bukhari no. 5659]
Thariqah ini sudah berat, bikin mudah biar kita sukses mendzikirkan masyarakat dan memasyarakatkan dzikir. Suluk itu berat, mudahkan saja, yang penting dzikir, sudah bagus. Tak hanya memberikan mau’izhah, KH. Muhammad Sholeh bin Bahruddin juga membagikan sejumlah kitab plus ijazahnya. Seketika saat berpamitan, para peserta rapat bahkan para penderek kyai-kyai juga mendapatkan uang saku dari Kyai Sholeh. Alhamdulillah.
Post a Comment