Kopi Kental JATMAN Jatim Menyemangati Khidmah Para Khodimuth-Thoriqoh
Kopi Kental JATMAN Jatim Menyemangati Khidmah Para Khodimuth-Thoriqoh
Redup
matahari menyemarakkan hari-hari. Surabaya masih terselimuti kedinginan, sedangkan
zawal sudah menjelang. Kumandang tilawah sayup terdengar dari pelosok-pelosok
berbarengan dengan bising roda jalanan. Basuhan air wudhu masih berbekas sejuknya
di wajah para khodimuth-thoriqoh yang khidmat di meja rapat.
KH. Nur Musthofa Hasyim memberikan pengantar seputar apa yang akan dibahas dalam rapat Hartas (Harian Terbatas) ini beriring doa dan mudzakarah (pengingat) tentang keharusan teguh dengan bai’at thoriqoh. KH. Ngadiyin Anwar mengambil podium, “Tidak ada maksud acara-acara kita kecuali untuk melestarikan tradisi ijtima’ setiap hari Rabu, sekaligus ada hal-hal mendesak untuk disikapi dan dibahas secara bersama-sama.”
Apa yang disampaikan Kyai Ngadepin berdasarkan prinsip al-muhafazhoh bi al-qodim ash-sholih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah. Sesuai pula dengan Atsar dari Abdullah bin Mas'ud:
"ما رآه المسلمون حسنًا فهو عند اللَّه حسن"
“segala hal yang dianggap oleh kaum Muslim sebagai sesuatu yang baik maka menurut Allah hal itu adalah baik pula” [Musnad Ahmad]
Kyai
Ngadiyin mengingatkan, meski pandemi masih menggejala, tuntutan organisasi
tetap harus kita selenggarakan sekalipun kita hindari terlebih dahulu
acara-acara yang menimbulkan kerumunan, “Bahkan hampir 1 tahun Idaroh Wustho stagnan
tidak menyelenggarakan kegiatan besar. Rapat pleno yang sudah terselenggara
kemarin, alhamdulillah, sehingga program berikutnya adalah Muskerda.”
Sejak
Korwil dibentuk, Kyai Ngadiyin menaruh harapan kebermanfaatannya. Kewenangan
Korwil patut untuk dipertegas agar fungsionalitasnya dapat dirasakan. “Kita rencanakan
ada pertemuan untuk itu, sekaligus kita menyerap aspirasi dari masing-masing
Korwil,” tandas Kyai Ngadiyin. Kyai Musthofa Hasyim lantas membacakan anggota
kelompok petugas Turba.
Tepat sekali apa yang disampaikan Kyai Ngadiyin, sebagaimana pepatah Arab,
الحقّ بلا نظام يغلبه الباطل بالنظام
"Kebenaran tanpa manajemen akan kalah oleh kebatilan dengan manajemen."
Turba 1
membawahi Korwil 1, 2, 3 dan 6. Turba 2 membawahi Korwil 4, 5, 7, 8. Kelompok
Turba 1 terdiri dari KH. Ngadiyin Anwar, KH. Cholil Arphaphy, KH. Kharisudin
Aqib, KH. Yusuf Afandy, KH. Rohmat Mustaqim, KH. Nasruddin. Kelompok Turba 2
terdiri dari KH. Salim Azhar, KH. Chusnan ‘Ali, KH. Nur Musthofa Hasyim, KH.
Maksum Maulani, KH. Ihsanul Wahib, KH. Syamsul Hadi.
Kyai
Musthofa menyampaikan pula adanya usulan dari Idaroh Syu’biyyah Jombang yang
mengharapkan ada silaturrahim dan pengajian keliling dari Idaroh Wustho,
sekaligus kita bisa menyerap langsung kejadian-kejadian yang memang membutuhkan
sikap dari Idaroh Wustho. Tidak hanya ngaji kitabm, tapi juga gemblengan
doa-doa suwuk khas Thoriqoh. Kyai Musthofa menyampaikan juga usulan dari Idaroh
Syu’biyyah Pandaan yang mengharapkan adanya pengajian secara Webinar demi
terasanya kebermanfaatan Idaroh Wustho.
Kyai
Musthofa, “Saya sendiri mengangankan Idaroh Wustho seharusnya bisa menyampaikan
segala informasi kepada masyarakat, melalui media yang murah yaitu TV9,
direkturnya sendiri yang menyampaikan kepada saya.” Kyai Musthofa juga
menyampaikan keinginan lajnah MATAN untuk memiliki kegiatan rutin yang
merupakan produk dari Idaroh Wutho demi menyelamatkan MATAN dari Wahabisasi,
HTI-sasi dan semacamnya. Kyai Musthofa mengharapkan gerakan ekonomi untuk
membiayai operasional Idaroh Wustho.
Diantara
gerakan ekonomi yang amat mendasar adalah menghidupkan kembali penerbitan Majalah
Cahaya Hati. Majalah Cahaya Hati sendiri sudah terbit beberapa edisi namun
mengalami stagnansi. Majalah Cahaya Hati diyakini bisa menjadi salah satu penggerak
ekonomi Idaroh-Idaroh Syu’biyyah, Ghushniyyah maupun Sa’afiyyah.
Usai
Kyai Musthofa merinci berbagai usulan, giliran masing-masing khodimuth-thoriqoh
mengomentari dan mengajukan pembahasan. Semua aspirasi tertampung demi
kelanggengan Idaroh Wustho JATMAN Jawa Timur. Tak lupa, kudapan ringan
tradisional disantap beriring dengan dzikir lafzhul-Jalalah
yang sudah mendarah-daging.
Rapat
tetap berlangsung kendati adzan Zhuhur sudah berkumandang. Hal-hal keumatan
yang penting dibahas segera dituntaskan. Shalat jama’ah Zhuhur ditunda terlebih
dahulu pelaksanaannya demi hal-hal penting ini, mengingat Idaroh Wustho JATMAN adalah
lembaga yang memimpin umat dalam hal kethoriqohan. Rapat ditutup dengan
ramah-tamah dan obrolan ringan seputar perkembangan dakwah Thoriqiyyah di
daerah masing-masing.
Reporter:
H. Brilly Y. Will., S.Pd.
Post a Comment